BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis maupun fisiknya.
Perubahan psikologis meliputi kondisi intelektual, emosi dan sosial. Sedangkan
perubahan fisik meliputi perubahan alat-alat reproduksi maupun fungsinya.
Dengan segala perubahan yang terjadi
pada masa remaja ini, banyak terjadi masalah-masalah yang berkaitan dengan
seksual. Sexualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek badaniah,
psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan sex dan hubungan sex
manusia.
Dengan demikian maka sex juga
bio-psiko-sosial, karena itu pendidikan sex yang harus diberikan pada remaja
ini harus holistik pula. Bila dititikberatkan hanya pada salah satu aspek saja,
maka akan terjadi gangguan keseimbangan. Umpamanya hanya aspek biologi saja
yang diperhatikan atau hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang
dipertimbangkan. Sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari keluarga untuk
penanganan yang serius. Asuhan keperawatan kepada keluarga dengan remaja yang
mempunyai masalah seksual dilakukan mulai dengan pengkajian kepada seluruh
anggota keluarga dan intervensi yang dilakukan ditujukan kepada remaja pada
khususnya dan keluarga pada umumnya.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui perkembangan masa
remaja dan perilakunya.
2.
Mengetahui berbagai masalah
seksual yang terjadi pada remaja sebagai anggota keluarga dan peran keluarga.
3.
Mengetahui asuhan keperawatan
keluarga dengan remaja yang mempunyai masalah seksual.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan
dimana terjadi perubahan secara pisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa(Hurlock, 1973). Perubahan psikologi meliputi intelektualnya,
kehidupan emosinya, kehidupan sosialnya, sedangkan fisiknya mencakup juga
seksualnya dimana alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai
berfungsi.
WHO menetapkan batas 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja. Dan membagi kurun usia tersebut dalam dua kelompok
usia yaitu usia remaja awal (10-14 tahun) dan usia remaja akhir (15-20 tahun).
Terdapat ciri-ciri tertentu pada kedua kelompok usia
remaja tersebut :
1. Usia remaja awal
a). Keadaan perasaan dan emosi
Keadaan perasaan dan emosinya
tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan sehingga selalu mengalami perubahan
dalam perbuatannya.
b). Keadaan mental
Kemampuan mental khususnya
kemampuan berfikir mulai sempurna atau kritis dan dapat melakukan abstraksi,
mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti sehingga terjadi pertentangan
dengan orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya. Biasanya memasuki kelompok
sebaya yang sama jenisnya.
c). Keadaan kemauan
Kemauan atau keinginan untuk
mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba segala hal yang dilakukan orang
dewasa. Anak pria mencoba merokok, anak wanita bersolek mereka ada yang mencoba
melakukan hubungan seks.
d). Keadaan moral
Pada awal remaja dorongan seks
sudah cenderung memperoleh pemuasan sehingga mulai berani menunukkan
sikap-sikap menarik perhatian (seks appearl).
2. Usia remaja akhir
a). Keadaan perasaan dan emosi
Emosi dan kestabilannya meningkat,
namun sesekali masih tampak luapan emosinya. Remaja akhir lebih dapat
mengadakan penyesuaian diri kedalam berbagai aspek kehidupan.
b). Keadaan mental
Kemampuan berfikir lebih sempurna,
kritis. Kemampuan berfikir secara abstrak sudah mencapai kesempurnaan.
c). Keadaan kemauan
Kemauannya telah terarah sesuai
dengan cita-cita dan kemampuannya. Langkah-langkah makin terkendal sesuai
dengan situasi dan kondisi. Remaja telah dapat merencanakan langkah-langkah
mana yang harus ditempuh.
d). Keadaan moral
Moral sudah pada tingkat post
konvensional atau penilaian moral yang prinsip. Mereka telah melakukan tingkah
laku moral yang bertanggung jawab. Remaja akhir lebih realistis pada keadaan
yang senyatanya baik mengenai dirinya, hal-hal umum, keluarga maupun terhadap
benda.
B. Masalah seksual Remaja
Sexualitas dalam arti yang luas
adalah semua aspek badaniah, psikologik dan kebudayaan yagn berhubungan
langsung dengan sex dan hubungan sex manusia.(Maramis,1998).
Seksualitas, reaksi dan tingkah
laku seksual didasari dan dikuasai oleh nilai-nilai kehidupan manusia yang
lebih tinggi. Jadi seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan
antar individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah menjadi dasar kehidupan
bersama. Dengan demikian hubungan seksual tidak hanya alat kelamin dan daerah erogen yang pegang peranan,
melainkan juga psikik dan emosi,(Wiknjosastro,1997).
Perilaku sexual yang normal ialah
yang dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi
juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan dan eprtumbuhan yaitu
perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan
kepribadian individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik.
Dorongan sex seperti
dorongan-dorongan lain pada manusia merupakan kejadian yang normal dan netral.
Tergantung pada manusialah dorongan itu akan disalurkan dengan cara yang
bagaimana. Dorongan sex menimbulkan rasa ingin tahu pada remaja dan yang sedang
berkembang. Bila rasa ingin tahu ini tidak dipenuhi secara baik maka anak akan
mendapatkannya dari sumber-sumber lain yang diragukan efek edukatifnya dan yang
senantiasa siap untuk memberi penerangan itu seperti majalh, komik, film dan
lain-lain. Karena itu remaja perlu diberi pendidikan sex.
Masalah-masalah yang banyak
dibicarakan dikalangan remaja sendiri diantaranya
1. Perkosaan
Perkosaan yang
terjadi pada remaja akan menimbulkan banyak masalah terkait dengan aspek fisik
maupun psikologisnya. Trauma fisik tentunya akan mempengaruhi kondisi kesehatannya,
apalagi bila sampai terjadi kehamilan resiko terjadi aborsi yang bisa
membahayakan. Sedangkan trauma psikologis akan mengancam timbulnya berbagai
masalah kejiwaan.
2. Masturbasi
Masturbasi ialah menimbulkan rangsangan dan kepuasan
sexual pada diri sendiri.(Maramis,1998). Pemuasan sendiri secara sexual tanpa
koitus biasanya dengan tangan atau benda lain sering dilakukan oleh anak dan
muda-mudi dalam perkembangan fisik dan psikoseksualnya.
Dalam pubertas waktu hormon sex dan ciri-ciri sex
sekunder mulai berkembang, maka rasa ingin tahu lebih besar dan masturbasi
bertambah banyak. Masturbasi menjadi patologik bila dilakukan secara kompulsif
sehingga merupakan suatu gejala gangguan jiwa
bukan karena sexual, tetapi karena impulsif.
Penyimpangan ini tidak dilakukan oleh kelainan psikis,
akan tetapi sebaliknya kadang-kadang dapat menimbukan konflik emosional di
kemudian hari karena yagn bersangkutan merasa berbuat salah dan berdosa.
Penyuluhan yang bijaksana dapat menghindari atau menghilangkan konflik.
3. Homoseks
Merupakan hubungan seksual antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah ini
sebenarnya berlaku pula bagi pasangan wanita-wanita. Untuk ini lazim dipakai
istilah lesbianisme. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenal dan mengobati
anak-anak dengan tanda-tanda feminin sebelum terjadi aktivitas seksual. Untuk
mengenal ini perlu diberi penerangan kepada para orang tua, dokter, pendidik
dan kaum rohaniwan.
4. Disfungsi seksual
Pada pria disfungsi sexual ini diantaranya impotensi dan
ejakulasi dini. Sedangkan pada wanita meliputi frigiditas, disparenia dan
vaginismus.
5. Eksploitasi seksual
Eksploitasi seksual disini bisa berupa senangnya remaja
mencoba-coba menikmati perubahan fisik dan psikologisnya yang terkait dengan
seksualitas. Dorongan-dorongan sex pada remaja timbul dan hal ini adalah
normal. Tetapi penyaluran yang tidak wajar inilah seringkali menimbulkan
terajdinya eksploitasi seksual. Jadi remaja cenderung menyalurkan seksualitas
dengan mengeksploitasi dirinya sendiri salah satunya dengan pergaulan bebas
yang cenderung akrab dengan free seks.
C. Keluarga dengan anak remaja
1. Peran dan Tanggungjawab Orang Tua
Duvall (1997) mengidentifikasi
tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan
kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri
mereka sendiri. Friedman (1995): bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah
belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orangtua menerima remaja apa
adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka dan ketika mereka menerima
sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau
sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam penerimaan
diri yang sama.
Orang tua merasa berkompetisi dengan
berbagai kekuatan sosial dan institusi mulai dari otoritas sekolah dan konselor
hingga keluarga berencana dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Mobilitas
penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang
tua untuk mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan
secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka juga memberikan
kontribusi pada masalah-masalah orangtua – remaja.
2. Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
a). Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri.
Orangtua
harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara
progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah hubungan yang
semakin mandiri. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini
semua anggota keluarga khususnya orangtua harus membuat “perubahan sistem”
utama yaitu membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.
b). Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Banyak
sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan berbagai
tanggungjawab sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu
peran utama dalam kehidupan mereka. Akan tetapi di sisi lain karena anak –anak
lebih bertanggungjawab, mereka dapat mulai membangun fondasi untuk tahap siklus
kehidupan keluarga berikutnya.
c). Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
Karena
adanya kesenjangan antar generas, komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan
suatu cita-cita bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling tolak-menolak
antara orang tua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup.
Memperhatikan
etika dan standar moral keluarga merupakan tugas perkembangan keluarga lainnya.
Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan mereka sendiri,
adalah sangat penting bagi orangtua untuk mempertahanan dan mengetatkan
prinsip-prinsip dan standar mereka.
3. Masalah-masalah kesehatan
Penyalahgunaan obat-obatan dan
alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan
dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan.
BAB III
STUDI KASUS
I. Kasus dengan masalah seks bebas pada remaja
Keluarga Tn. A hidup bersama istri
dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn. A adalah sopir taksi gelap yang beroperasi
pada malam hari hingga pagi hari. Ny. A bekerja sebagai karyawati pada sebuah
perusahaan garmen dengan jam kerja 08.00 – 14.00, terkadang lembur hingga
malam.
An. Y pelajar kelas 3 SMU sering
bermain diluar rumah dengan teman laki-lakinya pulang sampai larut malam.
Pergaulan bebas dengan teman-temannya akhirnya menjadi kebiasaan. Tn. A sudah
menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya. Suatu hari Tn. A
memergoki anaknya bersama teman pria wanitanya nonton VCD porno di rumah,
langsung Tn. A memarahi anaknya dan melarang pergaulan si anak. Sejak itu
percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan An. Y diantara mereka tidak pernah
ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. A lebih banyak diam dan
terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras melarang anaknya bergaul dengan
teman-temannya ketika pada suatu malam melihat anaknya berada di sebuah hotel
bersama temannya yang berpasang-pasangan.
Sementara itu An. Y mengatakan
bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan seks dengan pacarnya sebanyak 2 kali
II. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Masalah Sexual pada remaja (seks bebas pada remaja)
A. Pengkajian
a.
Data Umum
1.Nama kepala keluarga : Tn.
A
2.Pekerjaan :
Karyawan PT Haruka
3.Alamat :
Jl. Perintis Kemerdekaan 103 Semarang
4.Komposisi keluarga :
No
|
Nama
|
Umur
|
Sex
|
Tgl lahir
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Ket.
|
1.
2.
3.
|
Tn. A
Ibu N
An. Y
|
40 th
37 th
17 th
|
L
P
P
|
4-8-1963
5-7-1966
2-4-1986
|
SMA
SMA
SMA kls III
|
IRT
Pelajar
|
Suami
Istri
Anak
|
Genogram
:
Keterangan : :
Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu
rumah
5.
Tipe keluarga
Keluarga Bp. H merupakan keluarga inti
yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak.
6.
Suku bangsa
Tn. A dan Ny. R berasal dari suku yang
sama yaitu suku jawa. Budaya keluarga Tn. A mengikuti kebiasaan serta budaya
suku jawa.
7.
Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah
islam.
8.
Status sosial ekonomi
Keluarga di lingkungannya tergolong
keluarga dengan status sosial kebanyakan seperti keluarga lain. Sedang status
ekonomi cukup dimana Tn. A bekerja sebagai sopir taksi gelap dan Ny. R sebagai
karyawan pabrik.
9.Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena
selain ekonomi yang kurang begitu baik juga masing-masing sibuk dengan
urusannya masing-masing.
b.
Riwayat tahap perkembangan
keluarga
10.
Tahap perkembangan keluarga
saat ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan dengan anak pertama
usia remaja.
11.
Tugas perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah
dilaksanakan oleh keluarga Tn. A dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan yang
belum terpenuhi.
12.
Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, epilepsi dll. Dalam keluarga mereka tidak pernah
mengalami kondisi sakit yang berat, hanya kadang flu serta lemas karena
kecapekan.
13.
Riwayat keluarga sebelumnya
Yn. A merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan
adik perempuannya juga sudah menikah. Hubungan keluarga mereka cukup baik,
kalau ada waktu luang mereka saling berkunjung. Sedang Ny. A anak terakhir dari
tiga bersaudara. Kakak laki-lakinya sudah menikah dengan dua anak sedangkan
kakak perempuannya juga sudah menikah dengan anak satu. Hubungan kekluargaa
merak juga baik tetap ada komunikasi.
c.
Lingkungan
14.
Karakteristik rumah
Keluarga Tn. A tinggal di rumah permanen dengan luas
tanah 150 m2 dan luas bangunan 100 m2 terdiri dari 75 %
berlantai plester dan semen 25 %( ruang dapur dan kamar mandi). Ventilasi cukup
baik cahaya matahari bisa masuk melalui jendela maupun pintu. Penerangan dengan
menggunakan listrik. Sedangkan air bersih diperoleh dari PAM. Pengelolaan
sampah dilakukan dengan penempatan di tempat tertutup yang selanjutnya diambil
oleh petugas sampah. Limbah keluarga langsung terbuang melalui selokan di
belakang rumah yang mengalir ke sungai. WC terletak didalam kamar mandi dengan
septik tank berada di luar rumah.
Denah rumah :
Keterangan :
a.
Ruang tamu
b.
Ruang tidur I
c.
Ruang tidur II
d.Ruang santai keluarga
e.
Ruang makan
f.
Ruang dapur
g.
Kamar mandi dan WC
15.
Karakteristik tetangga dan
komunitas RW
Tetangga keluarga Tn. A pada umumnya bekerja sebagai
karyawan swasta. Jarak rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga
baik, saling tolong menolong masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.
16.
Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang
bertempat tinggal menetap jadi belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
17.
Perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat
Keluarga dapat saling bertemu pada
sore hari setelah anak pulang dari sekolah serta ibu pulang dari bekerja.
Sedangkan malam harinya Tn. A bekerja sebagai sopir taxi. Untuk mengikuti
perkumpulan di limgkungan masyarakat Tn. A menyempatkan diri sebelum dia
bekerja
18.
Sistem pendukung keluarga
Seluruh anggota keluarga sekarang ini
dalam keadaan yang sehat, jika ada salah satu dari anggota keluarga yagn sakit
maka segera dibawa ke pelayana kesehatan.
d.
Struktur keluarga
19.
Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A
saat ini mengalami gangguan, karena ada masalah komunikasi antara Tn. A dan An.
Y. Mereka sama-sama keras dalam berkomunikasi. Masing-masing merasa benar
dengan cara mereka.
20.
Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga untuk mengendalikan
perilaku anak kurang begitu baik. Karena anak masih dengan perilakunya yagn
bertentangan dengan nilai-nilai yang ada yaitu melakukan pergaulan bebas (free
seks).
21.
Struktur peran
Tn. A berperan sebagai kepala rumah
tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya dengan dibantu oleh istrinya.
Sedangkan Ny. A masih bisa berperan sebagai ibu dan istri selain harus mencari
nafkah mambantu suami.
22.
Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. A percaya bahwa kesehatan
sangat penting sehingga berusaha mempertahankan kondisi sehat.
e.
Fungsi keluarga
23.
Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan
memperhatikan. Tapi kadang karena kesibukan masing-masing hal itu susah
dilakukan. Persoalan dalam keluarga jarang dibicarakan bersama sehingga memicu
terjadinya masalah komunikasi.
24.
Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan denga mengikuti
kegiatan di lingkungan seperti arisan, kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya
sulit untuk melakukan sosialisasi dengan tetangga karena sering pergi dengan
temannya hingga larut malam. An. Y telah terlibat dalam pergaulan bebas dan
keluarga tidak bisa menanamkan nilai/norma kepada anaknya.
25.
Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah
komunikasi sehingga konflik selalu terjadi pada keluarga. Keluarga belum
mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang efektif sehingga apa yang
dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu keluarga juga belum dapat
mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan dengan perilaku anaknya. Keluarga
merasakan bahwa anaknya keliru dalam pergaulan dan keluarga takut anaknya nanti
hamil karena pergaulan bebas yang mengarah ke free seks. Keluarga tidak tahu
apa yang seharusnya ia sampaikan pada anak sehingga keluarga belum bisa
mengambil keputusan untuk memberikan bimbingan.
26.
Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A baru memiliki seorang
anak yang berumur 17 tahun. Rencana untuk memiliki anak lagi sebenarnya ada
tapi belum dikaruniai meskipun Ny. A sudah tidak KB.
27.
Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A secara ekonomi telah
mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, juga telah memiliki
tabungan meskipun jumlahnya tidak seberapa.
f.
Stress dan Koping keluarga
28.
Stressor jangka pendek dan
panjang
Stressor jangka pendek yaitu
komunikasi yang buruk antara ayah dan anak serta adanya perilaku anak dengan
pergaulan bebas yang cenderung ke seks bebas. Sedang stressor jangka panjang
kebutuhan ekonomi yang masih belum sesuai dengan keinginan keluarga
29.
Kemampuan keluarga berespon
terhadap situasi/stressor
keluarga telah melarang anaknya dari
pergaulan bebas, tapi tidak mampu untuk memberikan pengarahan/bimbingan pada
anak. Sedangkan ibu tidak mampu bersikap atau tidak konsisten dengan perilaku
anaknya dengan sering membela bila ditegur ayahnya.
30.
Strategi koping yang digunakan
Tn. A cenderung melampiaskan
kekecewaan terhadap anaknya dengan memarahi anaknya tanpa menggunakan cara yang
bijaksana. Sedang anak karena kondisi rumah yang tidak memuaskan dia lari ke
pergaulan yang tidak benar dan teguran keluarga dihadapi dengan emosi pula dan
cenderung melawan.
31.
Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mamapu untuk beradaptasi dengan
permasalahan yang dihadapi. Menyadari masalah ada tapi kurang mampu mengambil
tindakan.
g.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Tn. A
Keadaan umum :
baik, tampak sehat.
Kesadaran :
komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 130/90 mmHg ;
N: 84 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,8°C
Kepala :
rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal;
hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen,
mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah
bersih.
Dada :
bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan.
Genetalia :
tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas :
tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.
Pemeriksaan fisik Ny. A
Keadaan umum :
baik
Kesadaran :
komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 120/80 mmHg ;
N: 80 x/menit; RR : 18x/menit; S : 36,5°C
Kepala :
rambut: hitam, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal;
hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen,
mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah
bersih.
Dada :
bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan.
Genetalia :
tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas :
tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.
Pemeriksaan fisik An. Y
Keadaan umum :
baik
Kesadaran :
komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 110/90 mmHg ;
N: 78 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,6°C
Kepala :
rambut: merah, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal;
hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen,
mampu mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, ada karies, lidah bersih.
Dada :
bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen : datar, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia :
tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas :
tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak
h.
Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi
dan masing-masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.
B. ANALISA DATA
No
|
Data
|
Masalah
|
Penyebab
|
1.
|
Subyektif :
Y An.Y mengatakan merasa jengkel karena keluarga terlalu membatasi
pergaulan dan tidak dapat meyakinkan keluarga bahwa pergaulannya masih wajar.
Y Keluarga tidak suka dengan tingkah laku anaknya.
Y Keluarga mengatakan tidak tahu kenapa antara Tn. A dan An. Y
selalu ribut bila bertemu.
Obyektif :
Y Hubungan keluarga dan anak terlihat kaku
Y Keluarga berbicara kepada anak dengan nada tinggi.
|
Konflik pada keluarga Tn. A
|
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi
|
2.
|
Subyektif :
Y An. Y mengatakan senang dengan pergaulan bebas karena bagi remaja
hal itu adalah wajar dan mengatakan sering keluar rumah dengan teman
laki-lakinya sampai larut malam.
Y Keluarga mengatakan tidak mampu untuk memberikan nasehat pada anak
agar tidak terlibat pergaulan bebas seperti menginap di hotel bersama
temannya.
Obyektif :
Keluarga tampak
tidak konsisten dalam menanggapi masalah anaknya.
|
Resiko terjadi kehamilan pra nikah
|
Ketidakmampuan keluarga mengambil tindakan mengarahkan pergaulan
yang sehat.
|
DIAGNOSA YANG MUNGKIN
MUNCUL :
Konflik pada
keluarga TN. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
komunikasi.
Resiko terjadi
kehamilan pra nikah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil
tindakan mengarahkan pergaulan yang sehat.
SKALA PRIORITAS MASALAH
1. Konflik pada keluarga Tn. A
Kriteria
|
Bobot
|
Perhitungan
|
Pembenaran
|
1.Sifat masalah :
Aktual (3)
|
1
|
3/3 x 1 = 1
|
Masalah ini merupakan masalah aktual, telah terjadi konflik pada
keluarga Tn. A
|
2.Kemungkinan masalah dapat di rubah :
sebagian
(1)
|
2
|
1/2 x 2 = 1
|
Dengan adanya kerjasama antar anggota keluarga masalah dapat teratasi
|
3.Potensi masalah untuk
dicegah :
Cukup (2)
|
1
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Konflik sulit dicegah karena cara komunikasi yang buruk
|
4.Menonjolnya masalah
Harus
ditangani (2)
|
1
|
2/2 x 1 = 1
|
Masalah sudah aktual dan perlu segera ditangani
|
Skor
|
|
3 2/3
|
|
2. Resiko terjadi kehamilan pra nikah
Kriteria
|
Bobot
|
Perhitungan
|
Pembenaran
|
1.Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
|
1
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis dan kesehatan
|
2.Kemungkinan masalah dapat di
rubah :
Sebagian
|
2
|
1/2 x 2 = 1
|
Masalah dapat teratasi bila keluarga mampu melakukan bimbingan pada
anak agar meninggalkan pergaulan bebas.
|
3.Potensi masalah untuk
dicegah :
Cukup
|
1
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Dengan timbulnya kesadaran pada anak maka pergaulannya dapat
dikendalikan
|
4.Menonjolnya masalah :
Harus segera ditangani
|
1
|
2/2 x 1 = 1
|
Keluarga merasa perlu merubah perilaku anaknya tapi tidak tahu cara
yang tepat.
|
Skor
|
|
31/3
|
|
No comments:
Post a Comment